Sebelumnya saya tidak tahu menahu tentang Waze, sampai aplikasi social navigation ini beberapa waktu yang lalu dibeli oleh Google ramai dibicarakan di banyak media online. Dari apa yang saya baca-baca ternyata di Indonesia pun, terutama di Jakarta, Waze sudah banyak dipakai orang. Waze bagi orang Jakarta dirasakan bermanfaat membantu menembus kemacetan jalanan ibukota sehari-hari.
Ketika sedang membaca-baca tentang Waze beberapa waktu lalu, saya menemukan informasi bahwa Waze sedang mengundang pengguna untuk menjadi beta tester. Saya pun mengambil peruntungan dengan ikut melamar beta tester untuk Waze. Saya pun mengisi formulir pendaftaran Waze beta tester dengan sejumlah informasi yang dibutuhkan. Sampai beberapa hari kemudian saya mendapat email dari Waze bahwa lamaran saya diterima. Yay, senang. Karena saya bahkan tidak banyak berharap diterima karena pengalaman saya menjadi apps reviewer dan beta tester yang masih sangat terbatas.
Beberapa waktu setelah menjadi anggota beta tester, melalui email, saya dikabari tentang keberadaan Waze beta terbaru. Saya pun segera mengunduh Waze Beta di ponsel Optimus L9 untuk menggantikan Waze versi saat ini.
Ok, sekarang saatnya ngomongin Waze
Bila Anda pengguna twitter aktif, mungkin Anda akan sering menjumpai ada orang yang men-twit tentang macet di jalan apa, dimana ada operasi lalu lintas, kecelakaan lalu lintas sedang terjadi, jalanan rusak dan lain-lain. Informasi tentang jalanan ini terbukti bermanfaat bagi banyak orang. Tak heran bila ingin melewati suatu jalanan kota, orang-orang terlebih dulu mengulik timeline untuk melihat apa yang sedang terjadi di jalan yang akan dilaluinya. Twit tentang keberadaan operasi lalu lintas di suatu ruas jalan tentu penting bagi pengendara yang tidak mempunyai SIM sehingga ia bisa memilih jalan lain.
Nge-twit informasi lalu lintas sambil mengemudi tentu tidak praktis, malah-malah membahayakan keselamatan. Ini bagus dibaca pengembang Waze, dengan aplikasi Waze pengemudi bisa melaporkan hal-hal seperti macet, lakalantas, oplantas, jalan rusak dan lain-lain hanya dengan beberapa kali klik. Tidak perlu mengetikkan apa pun dan lokasi yang dimaksud pun didapatkan dari live map secara real time.
Itu dalam konteks pengemudi yang secara aktif melaporkan informasi lalu lintas. Pengguna Waze pun bisa berkontribusi secara pasif hanya dengan mengaktifkan aplikasi Waze saat mengemudi. Pengemudi tidak perlu melaporkan apa pun secara manual. Aplikasi Waze yang akan melaporkannya secara otomatis meski pelaporannya tidak selengkap apa yang bisa diberikan oleh pengguna Waze aktif.
Kemudian apa saja fitur-fitur menarik dari Waze? Tunggu postingan saya berikutnya. Sebagai ‘new baby Waze‘ saya sendiri belum sepenuhnya menguasai fitur-fitur dan best practice penggunaan aplikasi Waze.
Apa yang menjadi tantangan saya saat ini untuk menjadi pengguna Waze sekaligus kontributor informasi lalu lintas yang baik diantaranya adalah:
- Membiasakan diri menyalakan aplikasi Waze di ponsel Android saat saya mulai berkendala dan mematikan aplikasi ini begitu selesai berkendara. Saya sering lupa menyalakan aplikasi Waze pada saat mulai berkendara sehingga sampai saat ini jarak tempuh saya masih sedikit sehingga fitur-fitur tertentu belum aktif.
- Mencoba-coba fitur-fitur yang ada di Waze, mempelajarinya dan melaporkannya ke dalam forum bila saya menemukan bug atau perlu ditambahkan suatu fitur baru.
- Ponsel saya sangat haus batere begitu aplikasi Waze berjalan. Ini tidak aneh karena Waze meminta koneksi data dan GPS secara terus menerus. Ini terkadang menjadi dilema apakah akan terus menggunakan Waze atau berhemat batere agar ponselnya dapat digunakan untuk membantu pekerjaan. Atau ini menjadi alasan pembenar untuk segera membeli Power Bank dengan kapasitas tinggi.
By : Tata Warna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar